Munafik itu Bukan Diriku?

Salam pembaca blog. Pada artikel ini saya ingin memberikan sedikit fresh pemikiran mengenai munafik ala’ saya. Setiap orang pasti mengetahui apa arti munafik itu sendiri. Munafik itu bagaikan menjilat ludahnya sendiri atas kata-kata yang dilontarkan sebelumnya. Namun walaupun penggambarannya begitu menjijikan, manusia hampir tidak luput dari sifat munafik ini. Loh kok bisa? Alasanya sederhana, yaitu manusia itu belum bisa mengendalikan dirinya sendiri dan saat dia berkata selalu berpandangan pendek. Hal itu yang menjadi perhatian saya dalam artikel ini, mulai ya kawan.


“Musuh terbesar yaitu diri sendiri,” ungkapan yang sering didengar ini terucap oleh Nabi Muhammad, manusia yang paling berpengaruh di dunia, menjadi renungan dalam hati kita. Bagaimana kita bisa mengantam musuh-musuh dengan kemampuan kita namun siapa sangka ternyata musuh sesungguhnya adalah diri sendiri. Munafik itu sendiri lahir bukanlah dari orang lain melainkan diri sendiri. Toh yang berbicara juga diri sendiri, yang melakukan diri sendiri. Namun ada yang harus diperhatikan yaitu bagaimana orang berpandangan kepada kita.

Pencitraan diri atau menjaga nama baik di era globalisasi ini menjadi penting. Orang lebih suka dipandang dengan baik dibanding dipandang hina. Pencitraan yang penting ini membuat orang kadanga berfikir untuk memunafikan dirinya. Maka munafik itu menjadi sebuah senjata makan tuan jika kita menyadarinya. Walaupun memang hanya segelintir orang saja yang mengetahui kalau ada hal yang kita “munafikan” kepada diri kita sendiri.

Biarpun munafik itu hanya diketahui orang sekitar kita, perlu disadari efeknya terhadap kehidupan menjadi kompleks. Hidup akan diurung dengan kebohongan belaka, hingga akhirnya hidupnya hanya lah angan-angan seperti yang sering ngambang di sungai. Tidak berguna. So, sekarang cobalah kita lawan diri kita sendiri, kontrol dengan baik, dan jangan sampai hawa nafsu menjadi penguasa diri kita. Dalam ilmu Psikologi ada yang disebut Id, Ego, dan Superego. Dalam hal ini Superego yang menjadi satpam dari keinginan Ego yang tidak terbatas perlu kita tingkatkan, terutama dengan menggunakan hati yang tulus tanpa emosi.

Yang kedua yaitu dengan berpandangan pendek. Setiap orang pasti menyadari hal ini saat terakhir. Sering kita merasakan seperti membeli barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan saat ini dan dibeli, sampai rumah, diletakan begitu saja tanpa guna. Itulah maksud dari perpandangan pendek. Kembali lagi ke faktor yang awal, yaitu keinginan diri yang tak terbendung membuat kita lepas kontrol. Hal ini jelas yang rugi adalah diri kita sendiri.

Munafik adalah salah satu hasil dari pandangan pendek ini. Ujung-ujungnya penyesalan tanpa henti. Lalu kalau sudah begini siapa yang turut disalahkan? Makanya sebelum kita berucap yang tidak-tidak, yang mungkin bisa menjadi sebuah kemunafikan, cobalah berfikir panjang. Melihat sisi baik dan buruknya, perlukan untuk kita? Butuhkan saat ini? Timbang-timbang dengan penuh keyakinan.

Intinya dari artikel ini yaitu bagaimana kita menjaga diri dari musuh yang paling berbahaya, hawa nafsu, karena dengan mampu mengendalikan diri membuat kita terlepas dari berbagai anggapan jelek dan sifat buruk salah satunya munafik itu. Kebebasan bukan menjadi sebuah kemunafikan karena setiap kebebasan kita selalu dikontrol dengan kebebasan orang lain. Jadi jagalah diri kita jangan sampai hawa nafsu memakan diri kita bahkan hati kita. Mari menjadi satpam bagi diri kita sendiri. Enjoy yourself yah kawan dan tetap tersenyum.
Salam Senyum,
Freddy Yakob

Postingan Populer