Bersyukur itu Indah

Berjumpa lagi kawan Pembaca, sekian lama tidak menulis disini karena rutinitas yang penat, namun saya bersyukur ternyata dari rutinitas itulah sebuah inspirasi terbuka.

kini saya ingin me-share sedikit ilmu yang saya dapat selama rutinitas kemarin, terutama hikmah dari bersyukur, kini nikmatilah kisah dibawah ini:

Panasnya terik di kota memang sudah menjadi hal yang biasa. Disana hiduplah seorang karyawan yang sudah 5 tahun bekerja tanpa ada promosi sedikit pun, sebut saja Amir. Hal ini menjadikan dia bosan dengan kehidupannya karena tidak berubah, malah justru terpaan musibah dan tantangan kian mendesak. Hatinya panas saat itu ketika ada karyawan yang baru 2 tahun bekerja sudah naik jabatan, dan kesalnya itu ternyata memberikan dampak buruk terhadap pekerjaan Amir.

Setiap harinya malah terus dirubung oleh hambatan-hambatan yang sangat menyulitkan. Hingga akhirnya puncak kesabarannya meluap. Ia membuat kekacauan di akntor sehingga dia langsung dipindahkan dari kota ke daerah terpencil. Hal ini sangatlah menimpa psikologis dirinya, dengan sangat terpaksa Amir pun menerima pilihan pindah dibanding dipecat dari kantornya.

Hiduplah ia di kampung kecil, dia jalani dengan murung. Setelah beberapa hari bekerja di kampung, ternyata dia memperhatikan pesuruh yang sudah beruban, tua. Namun dibalik wajahnya yang layu itu, pesuruh tersebut menjalani hidup dengan senyuman dan bahagia. Akhirnya Amir pun bertanya pada pesuruh tua tersebut, ternyata namanya Habib, lebih enaknya Pade' Habib.

Amir menemukan sosok yang begitu mendengarkan dirinya, hingga Pak Habib menyuruh untuk datang ke nenek tua pembuat kue atas persoalan Amir ini. Amir pun bingung namun karena dia percaya pada Pade' Habib maka berangkatlah akhir pekan ke rumah nenek tua pembuat kue itu.

Sesampainya disana Amir langsung bertemu nenek tersebut dan menyampaikan pesan Pade Habib. Nenek itu terdiam dengan senyuman manis di bibirnya. Lalu dia ke dapur dan menyuruh amir ikut dengannya. Ternyata disini Nenek dan Amir ingin membuat kue, tak pernah terpikirkan oleh Amir ternyata kunjungannya hanya untuk ini. Amir pun menjadi kesal, dan segera ia ingin pulang karena telah melakukan hal yang tak berguna baginya.

Raut kejengkelan Amir ternyata telah diperkirakan sebelumnya oleh nenek, maka dengan sigap nenek tersebut berkata: "Nak, sudah jauh-jauh datang kesini bantulah nenek sebentar, nanti nenek ceritakan jawaban yang kamu cari selama ini." dengan berat hati Amir mengiyakan ajakan nenek tersebut.

Mulai lah nenek mengambil tepung, telur, gula, vanili, baking soda, mentega, dan pewarna makanan. Nenek itu menyuruh Amir meisahkan putih telur dengan kuningn telurnya. setelah dipisahkan, nenek itu menyruh Amir mencoba rasa kuning telurnya. Amir kaget. Dengan muka terpaksa akhirnya dicoba dan "Ueekk,, gag enak nek!" ucap Amir.
"Kalau begitu coba ini, tepung," perintah nenek.
"Uhuk! sama saja nek tidak enak," jawab Amir.
begitu seterusnya Amir disuruh mencoba seluruh bahan makanan untuk membuat kue, hal ini membuat Amir semakin kesal, hingga akhirnya adonan jadi untuk dimasak. Sebelum dimasukan ke pemanas, sempatnya nenek menyuruh Amir mencoba adonan mentah tersebut, dan jawabannya sama, tidak enak.

Kesabaran Amir ternyata berbuah hasil, akhirnya kue jadi, dan harumnya menggoda lidah. Nenek pun memotongnya dan menaruhnya di piring. Dibawalah kue itu ke meja dan ditemani secangkir teh.
"Bagaimana membuat kue nak?" tanya nenek
"Sedikit sulit, dan tidak enak, kan nenek menyuruhku untuk mencicipi bahan mentah kue itu, rasanya sama sekali eneg di leher." jawab Amir
"Sekarang bagaimana rasa kue nya?" tanya nenek lagi.
"Ini baru sedap nek!" jawab amir sembari mencicipi kue itu.
"Inilah hidup nak, kita hidup didunia ini tidaklah instan, namun butuh proses seperti membuat kue tersebut." nenek mengawali ceritanya
"Maksudnya nek?" tanya Amir.
"Begini, hidupmu di umpamakan oleh kue itu, apa yang kamu rasakan saat membuat kue itu masih dalam proses, masih berupa telur, tepung, dan lainnya, rasanya tidak enak, bahkan sampai ingin menjadi dimasakpun masih tidak enak adonannya, butuh api besar untuk membuat kue ini matang dan lezat sampai saat ini. Itulah hidup manusia selalu diurung oleh masalah yang tentu rasanya tidak enak, namun bukan berarti tidak enak ini adalah musibah atau nasib buruk, inilah proses kehidupan, dimana engkau nanti akan mendapatkan "kue" yang lezat ini." jelas nenek.

tersentak Amir diam seribu bahasa, ternyata selama ini rasa iri dan dengkinya menutupi semua yang telah ia miliki. dia lupa kalau ini adalah bagian dari proses. Kue yang lezat ini adalah gabungan dari rasa-rasa yang tidak enak bila dicicipi satu per satu, namun bila sudah diproses dan digabung serta di panaskan ternyata menjadi lezat dan sedap. segenap Amir langsung menitikan air mata dan meminta maaf kepada nenek karena sempat kesal awalnya. Kini dia bersyukur atas apa yang telah diberikan tuhan, dan dia yakin kalau suatu saat pasti akan ada hikmah dari semua proses kehidupan. Amir percaya bahwa Tuhan ada, Tuhan selalu ada disamping orang-orang yang membutuhkannya.
Kisah ini semoga menggairahkan rasa syukur kita pada tuhan karena semua yang di dunia ini adalah proses yang akhirnya bisa didapat saat ini ataupun masa depan. Saya sering berpesan pada teman-teman saya, "Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. "

Akhirnya, saya mengharapkan kepada pembaca mengingat untuk bersyukur pada Yang Maha Kuasa, dan syukur itu adalah cara termudah untuk kita bisa tersenyum bahagia. :D

Selalu Senyum,
Freddy Yakob

Postingan Populer