Mari Memaafkan

"Hadiah terindah untuk orangtua adalah kasih sayang, hadiah terindah untuk pasangan adalah kesetiaan, hadiah terindah untuk musuh adalah memaafkan."


Kawan pembaca, kali ini saya ingin membahas tentang arti dari maaf. Suatu perbuatan yang sangat sulit namun juga begitu harus dilakukan. Maaf ini yang bisa membuat orang murka menjadi tentram, maaf juga bisa melelehkan baja gengsi yang sering melanda manusia abad ini.

Mengapa sih memaafkan itu sulit? Sering sekali pertanyaan tersebut menghantui kepala saya, apa mungkin hanya saya yang merasakan atau banyak orang yang bertanya hal demikian. Satu hal yang saya ketahui selama ini, orang memaafkan bukan karena takut minta maaf tapi gengsi yang sangat tinggi. Bagai tembok Cina (Great Wall) yang besar dan panjang sehingga sulit sekali menemukan celah dari gengsi ini.

Memang tidak dipungkiri seorang yang berbuat salah akan segera memaafkan namun jika kejadiannya itu antara dua orang yang saling mencari siapa menang dan siapa kalah, maaf akan tertutupi oleh gengsi. Padahal dalam ilmu manajemen modren, solusi untuk mencari menang kalah bukan lagi menjadi perkara, tapi yang menjadi perkaranya yaitu bagaimana kita membuat suatu keputusan yang berimbang sehingga maaf pun tidak sulit dilakukan.

Kata "kalah" memang tidak enak didengar terutama jika kondisi kita di atas angin. Seharusnya kita lebih positif lagi menilai, memaafkan adalah jalan terbaik dalam memecahkan masalah. Sekali lagi saya ingatkan, masalah bukan untuk dihindari namun diselesaikan dan kunci penyelesaian ada di MAAF.

Selain meminta maaf, ada hal yang lebih kompleks lagi yaitu menerima pesan maaf tersebut. Dendam menjadi faktor utama kita sulit memaafkan orang lain. Apalagi dendam tersebut sudah menggores hati. Namun bukan berarti sulit tidak bisa disembuhkan. Berperanlah dalam hal ini hati yang ikhlas, berdoa kepada Tuhan YME, serahkan segalanya kepada Sang Pencipta, berikan jalan bahwa memaafkan adalah hal terbaik yang pernah dilakukannya.

Maaf bukan lagi menjadi hal yang sulit, aturlah emosi kita. Jangan biarkan gengsi dan dendam yang mengatur diri kita. Kita manusia berakal, apalagi hidup dijaman penuh lika-liku ini, selama orang masih dalam lingkaran kebingungannya sendiri, tidak akan mudah orang tersebut mencari kedamaian hidup. Maka maafkanlah kawan pembaca, dan senyum setelah memaafkan akan menjadikan kita efek yang luar biasa, tentram, damai, dan sejahtera.


Salam Senyum,
Freddy Yakob

Postingan Populer