Inspirasi dari Orang Jawa di New York

Mungkin dari judul diatas sedikit membingungkan kita, dan tidak mengetahui siapa itu Kusnadi? Seorang laki-laki yang lahir di Purwodadi, Jateng, selepas SMA-nya tahun 1979 tidak melanjutkan ke universitas, namun dia mengembangkan Ilmu Bela Dirinya KARATE untuk menghidupi hidupnya.


Dengan berbekal nasihat orang, Kusnadi pun pergi ke Tokyo tahun 1983. Tekad dan Nekat yang kuat membawa dia disana menjadi pelatih karate. walaupun begitu, ternyata selain menjadi pelatih dia juga menjadi buruh cuci piring dan membawakan berbundel-bundel Koran untuk dijual di stasiun karena memang untuk uang yang lebih banyak.

Tak lama menikahlah dia dengan pelatih karate asal Amerika, Neireida. Walaupun dia sempat prihatin dengan harga dirinya karena gajinya lebih kecil daripada istrinya. Dibawalah istri “bule”nya itu pulang ke gubuknya di Purwodadi dan sisa uang US $ 60 (tahun 80an). Lalu bersama istri mengunjungi Bali. Tanpa maksud yang jelas dia membeli kain tenun ikat dan batik. Satu hal yang membuat kita kaget, Bekas. Semua barang bekas itu dijahit dengan rapi dan baik sehingga menjadi pakaian layak pakai.

Tahun 1985, Kusnadi dan Istri pergi ke New York, dengan syarat bahwa istrinya tidak mau bekerja dan tetap dirumah, tinggallah mereka di rumah orangtua istri. Untuk menghidupinya, Kusnadi berjualan barang bekas di pinggir jalan East Village, depan St. Mark. Tenyata pakaian batiknya itu yang hanya bermodal sekitar US $5 laku dijual sebesar US $15-US $20. Selain itu sama halnya di Tokyo dia menjadi pelayan walaupun dengan inggrisnya yang terbata-bata, dia pun mengatakan kalau faktor bahasa tidaklah terlalu penting mengejar kesuksesan. Setelah menghidupi kehidupan sehari-hari terkumpulah uang US $300 dan dia kembali ke Indonesia lalu ke Bali, tentu untuk mengulang keberhasilannya lagi. Dan kembali lagi ke New York.

Setelah 4 tahun disana dengan menjadi buruh pencuci piring (senin-jumat) dan jualan Es krim (sabtu-Minggu) ia mampu mengumpulkan uang hingga US $3000, ini menjadi modal besar baginya untuk usaha batik kembali. Dia belajar di New York bahwa orang sana lebih mementingkan hasil daripada harga, jadi biarpun harga mahal namun bagus akan dibeli, ada peristiwa unik, disaat dia menjual US $40 tidak ada yang beli, lalu dia ganti dengan harga US $200 malah ada yang beli, terutama saat dia bilang kalau barang ini hanya ada satu di dunia (memang karena hasil karya sendiri). Sampai-sampai, kalau ada telepon dari orang lain di rumah mertuanya, selalu dikatakan Kusnadi Boutique.
Lalu dalam perjalanan hidupnya di New York, dia mendapati kesulitan karena batiknya 70kg tertahan di beacukai Amerika, sehingga membuat istrinya pun turut turun tangan. Ternyata hal ini membuat melanggar syaratnya dahulu (bahwa istrinya tidak mau bekerja), akhirnya mereka berpisah namun tetap berhubungan sebagai rekan bisnis. Kusnadi pun menikah dengan gadis Indramayu. Sedangkan Neireida, mantan istrinya membantu usaha perijinan di Amerika dan Kanada.

Tahun 2005 Kusnadi mempunyai 2 butik, di New York dan Los Angeles. Dia mengembangkan usahanya hingga produknya disebar di 1650 butik di Amerika. Produksinya pun kini di Bali dan di ekspor ke Amerika. Bahkan di Beverly Hills, tempat belanja bintang Hollywood dimasuki produk kusnadi ini, dan ia menjual sepotong pakaian seharga US $6000. Topi berlabel Kusnadi itu pernah dipakai Mick Jagger dan kelompoknya saat di California.

Omsetnya naik pesat, tahun 1991 sebesar US $1,2 juta! Dan tahun 2005 sudah melampui US $5 juta. Padahal modal awalnya hanya US $60. Luar biasa! Kini Kusnadi telah memperkerjakan lebih dari 100 pegawai produksi di Bali. Walaupun kebanyakan pegawainya adalah orang kampung dan hanya lulusan SD bahkan tidak sekolah, hasil tangan mereka dinikmati di Amerika.

Jika ANDA, anak kampung yang hanya berijasah SMA, tidak fasih Bahasa Inggris, dan memiliki modal tidak lebih dari US $ 60. Mungkin Kusnadi menjadi panutan anda! Walaupun anda tidak harus menjadi Kusnadi ini, tapi kita yakin Indonesia bisa maju tanpa takut tanpa ada gelar, bahasa, ataupun hal lainnya selain kerja keras dan pantang menyerah.

Kawan pembaca, kini bukan lagi kekurangan jadi hambatan namun gunakan kelebihan untuk menutupi keirangan kita. Jangan sungkan dan jangan takut. Ketika anda bersungguh-sungguh, sesungguhnya Tuhan tidaklah tidur tapi melihatmu dan pasti akan membantumu. Satu lagi, tersenyumlah karena Tuhan suka kepada orang yang bahagia, tandanya bersyukur pada kekuasaan-Nya.

Salam Senyum,
Freddy Yakob

Postingan Populer