Andai Aku (BUKAN) Penulis

Nulis, pasti semua orang bisa menulis, toh memang sejak jaman dahulu belum sekolah pun kita dipaksa untuk menulis. Bahkan sekarang yang sudah  mengetik aja tetap disebut sebagai penulis (writer) bukan pengetik (typer). Tapi apa memang nulis itu adalah sebuah pekerjaan yang menjanjikan? Sebuah pergolakan gengsi yang dipandang? Atau bahkan hanya menjadi support saja disetiap kehidupan?

Menulis itu gampang-gampang susah. Gampangnya ya nulis sesuai yang kita tahu, susahnya ya susah untuk membaca hal-hal baru, apalagi kalau menyangkut beda bahasa, ribet katanya. Menulis kadang menjadi sebuah ajang celaan yang menurut saya sebagai penulis, "kan cuma tinggal nulis aja".

Meski begitu tetap menulis adalah kegiatan yang katanya semua orang bisa melakukannya tetap saja hanya segelintir yang dipanggil jiwanya untuk menulis. Ada juga yang menilai bahwa penulis itu orangnya introvert, dikenal memiliki dunia sendiri dan jarang sekali dilihat sempurna, paling tidak kini baru dokter, presiden, dan pilot saja yang dicita-citakan oleh anak kecil.

Kenapa sih harus penulis? Hidup saya mengenal tulisan bukanlah sudah bawaan lahir, bahkan terbilang baru, sejak tahun 2008-an memulai menulis tulisan yang sampah menurut saya. Tapi sampah itu membawa saya terus mencari cara menulis dan menyampaikan dengan benar, bukan dengan cara membeli buku-buku cara menulis, tapi lebih membaca pengetahuan yang paling diinginkan lalu di tulis ulang, istilahnya re-tell story.

Menulis sebenarnya bukan menjadi bagian dari cita-cita, bahkan bukan sebagai pekerjaan yang saya inginkan pada saat sekolah. Namun ya kini sebagai bagian dari kehidupan dewasa, jadi mau tidak mau harus bertahan hidup dengan bekerja semaksimal mungkin. Tapi ngomong-ngomong pekerjaan, penulis itu jangan pernah berharap gaji diatas rata-rata pekerjaan lain loh yah, apalagi disamakan dengan mereka yang berkerja dipertambangan. 

Wah rasanya tidak enak sekali menjadi penulis, apalagi menulis menjadi pekerjaan utamanya. Tapi ini dia kenyataan yang memang harus dikerjakan. Meski harus berjibaku dalam ruang kerja yang nulis dan nulis, gaji yang hanya berharap bisa 2 digit dalam waktu 5 tahun (kalau dapat itu juga), atau hanya bisa menjadi support perusahaan yang kerjanya kan cuma nulis aja, karang aja kali.

Hahahaha, itu diatas bukan curhat loh pembaca, ini hanya uangkapan untuk kamu yang ingin menjadi penulis, pikirin lagi deh. Susahnya kerja pakai otak itu luar biasa capek loh, apalagi kalau menulis hal yang tidak kita tahu atau kita tidak ingin tahu. Andai saja aku bukan penulis, mungkin aku tidak tahu rasaya jadi penulis.

Kalau saja presiden bisa nulis mereka bisa menghemat anggaran untuk tidak memperkerjakan penulis pidatonya, kalau saja direktur bisa nulis tidak perlu rasanya sekretaris untuk menulis ini itu untuk kebutuhan legalitasnya, kalau saja guru bisa nulis mungkin literasi pendidikan kita bisa menjadi berkualitas bahkan tidak ada lagi kekerasan dalam sekolah, kalau saja tukang sampah, tukang sapu, atau sederajatnya bisa nulis, mungkin cerita mereka bisa menjadi empati atau bahkan motivasi bahwa mereka saja bisa nulis, kalau saja kita semua mau nulis, paling tidak kita sadar bahwa budaya membaca itu harus dan PERLU.


Salam Senyum dan Baca,
Freddy Yakob

Postingan Populer