Kebahagiaan dan Televisi

Hiburan hiburan dan hiburan itulah fungsi tv dewasa ini, tidak hanya orang dewasa yang telah penat dengan segala pekerjaannya namun juga anak-anak yang kian mendewakan televisi sebagai salah satu hiburan dirumah. Tapi apa mungkin hiburan televisi bisa membuat bahagia?

TV pada hakikatnya adalah ladang informasi, edukasi, dan hiburan. Bahkan pada UU Pers juga disebutkan bahwa media sepantasnya menjadi sebuah saluran untuk membuat Indonesia semakin maju dan tumbuh dengan baik, bukan malah seperti yang kita rasakan saat ini. Pada tulisan kali ini bukan masalah-masalah yang hadir karena media, namun lebih kepada perspektif lain, dimana media apakah benar membawa sebuah kebahagiaan?

TV tidak akan pernah telepas dari namanya iklan, tv juga juga tidak akan telepas dari konten-konten general yang sudah menjadi hegemoni sosial didalamnya. Bahasa sederhananya bahwa media telah mengkontruksikan hal-hal yang sepatutnya diambil dari kebanyakan orang inginkan.

Misal saja seperti iklan perawatan kulit perempuan, pasti yang akan ditonjolkan adalah kulit putih, hidung mancung, dan lekuk badan yang sempurna. Itu merupakan konstruksi atau pembangunan makna yang secara tidak sadar diyakini oleh masyarakat kita dengan definisi cantik tersebut. Apa iya perempuan Indonesia harus berkriteria seperti itu. Tapi kenyataannya dimanapun stasiun tv, jenis apapun acara tv, beragam judul film ftv, cantiknya pasti sama seperti yang saya sebutkan diatas. Ada penelitian yang menyebutkan banyak perempuan stress berat karena melihat iklan tersebut, pada dasarnya tidak mampu memenuhi kriteria cantik di atas.

Belum lagi tentang anak-anak, miris rasanya melihat mereka hanya bisa bergembira di depan layar dengan melihat kebahagiaan yang ada di layar kaca. Iyah hanya dalam realitas di tv mereka akan gembira, namun setelah tv mati, bukannya mereka tidak  gembira, namun mereka pasti menyimpan rasa ingin itu ingin ini. Makanya tidak jarang orangtua akan merasa kesal karena anak minta ini itu setelah menonton tv, tepatnya setelah menonton iklan mainan. Apa itu kebahagiaan dari tv?

Berkaca dari apa yang terjadi pada anak itu, rasanya saya dapat mendefinisikan lebih baik anak desa yang ingin bermain tanpa adanya pengaruh tv, seperti bermain di kali atau di sawah dibanding anak-anak yang hanya bisa berharap mainan itu hadir tanpa merasakannya. Sungguh ironis rasanya.

Kembalikan fungsi media yang sesungguhnya, karena memang gelombang yang milik media adalah milik masyarakat. Sadarlah media sepatutnya dikontrol oleh kita, sebagai masyarakat yang berhak memboikot acara-acara tidak berguna. Untuk selanjutnya saya akan coba bedah tv dan media sosial dalam tindak amoralitas di ranah cyberactivity, soon yah :)

Bacaan bagus juga nih :) Balita Lebih Bahagia Tanpa TV

Selalu Senyum,
Freddy Yakob

Postingan Populer